Dalam beberapa kasus korupsi, banyak pelaku justru dihukum ringan atau
dibebaskan. Banyak penyidikan atas mereka yang dicurigai melakukan korupsi
dihentikan di tengah jalan dengan aneka alasan. Tak sedikit pelanggaran hak
asasi manusia yang pelakunya menikmati impunity (bebas dari sanksi hukum).
Sudah lama sistem peradilan di Indonesia dipertanyakan. Kepercayaan terhadap
integritas penegak hukum ada pada titik terendah. Jangan-jangan sistem hukumnya
pun bermasalah. Adakah kaitan antara tekanan pada kepastian hukum dan
kecenderungan mengabaikan rasa keadilan masyarakat?
Mitos atau realitas?
Mitos realisme hukum ialah adanya kepastian dalam hukum. Kepastian ini lebih
merupakan keyakinan, hukum adalah realitas yang dibuat secara sempurna. Hukum
merupakan "suatu korpus aturan yang koheren, siap diterapkan oleh hakim
terlatih dan terampil dalam deduksi silogistis sehingga dapat menemukan jawaban
yang tepat atas masalah hukum dengan penuh kepastian" (M Tebbit, 2000:25).
Padahal, realitas hukum justru tidak pasti. Masalah hukum menuntut pencarian
keseimbangan antara prinsip, kebijakan, dan asumsi yang tidak tersurat.
Pencarian keseimbangan seperti itu sulit diramalkan, alias tidak pasti.
Bukti ketidakpastian ini terlihat pada beragam tafsir hukum yang mengatur
sebuah kasus. Dalam kasus korupsi, ada yang secara nominal tidak besar, tetapi
dihukum berat. Sedangkan mereka yang melakukan korupsi segunung, dihukum
ringan, bahkan dibebaskan. Mereka yang memegang teguh keyakinan akan kepastian
hukum sering mengabaikan, bukan hanya jurang teori-praktik, tetapi juga
kesenjangan antara hukum tertulis dan interpretasi. Interpretasi hukum sebagai
korpus aturan, nyata-nyata bisa diterapkan pada kasus berlawanan, dengan aturan
yang disesuaikan, berubah dan ditemukan tiap hari di seluruh yurisdiksi di
Indonesia, bagaimana bisa kepastian hukum dijamin?
Sulit menjelaskan kepada mereka yang memegang teguh kepastian hukum, keyakinan
lebih merupakan mitos daripada realitas. Jangan-jangan kepastian hukum hanya
merupakan suatu wishful thinking yang dianggap sebagai realitas. Bukan mau
merendahkan makna kepastian hukum, tetapi mau membongkar, dalam kepastian hukum
masih terkandung klaim kesahihan interpretasi berbagai pihak.
Formalisme hukum
Menurut Tebbit, ideal kepastian hukum itu tidak bisa dilepaskan dari formalisme
hukum (2000:26). Formalisme hukum ini amat memengaruhi pemahaman hukum dan
administrasi praktis masalah keadilan. Keprihatinan utamanya pada bentuk luar
hukum, artinya hanya sejauh hukum itu tertulis. Lalu kurang memerhatikan jiwa
atau substansi hukum. Akibatnya, ada kecenderungan menafsirkan hukum sebagai
sistem tertutup. Penafsiran melulu masalah intern bidang hukum. Cara penafsiran
ini menganggap faktor-faktor sosial lain tidak relevan. Seakan sistem hukum
dapat dideduksi dari semacam aksioma. Lalu kekeliruan peradilan mirip kesalahan
dalam menjumlah angka.
Obsesi pada kepastian hukum ini membawa ke literalisme dengan mengorbankan jiwa
hukum. Mengikuti aturan demi aturan berarti menyingkirkan rasa keadilan dalam
menilai kasus-kasus khusus. Padahal, kekhasan suatu kasus justru harus
ditemukan dalam substansi situasi konkret kasus itu, bukan dalam aturan-aturan
formal yang seolah bisa disesuaikan dengan kasus. Lalu yang terjadi semacam
proses mekanisasi yurisprudensi dalam bentuk mencari aturan yang dapat
diterapkan agar mampu memberi jawaban yang tepat. Mengutip Holmes (2000:27),
Tebbit menyatakan, akar seluruh prosedur adalah penilaian di balik penalarannya
yang sering tidak terungkap dan tanpa disadari. Artinya, penilaian pribadi yang
mendahului ketetapan hukum, suatu penilaian sebelum proses penalaran.
Menggeser fokus logika hukum
Faktor yang sebenarnya memengaruhi adalah pra-penalaran penilaian, khususnya
hal-hal yang terkait kebijakan sosial. Maka, upaya yang perlu dilakukan adalah
mengangkat ke permukaan atau membuat tersurat argumen yang disembunyikan
rasionalisasi logis penilaian itu. Caranya, menggeser fokus dari studi tentang
logika hukum ke studi tentang faktor-faktor yang eksplisit dan yang tidak
disadari padahal justru paling berpengaruh dalam menyeleksi kesimpulan hakim
dan keputusannya. Faktor-faktor itu adalah politik, sosial, ekonomi/uang, dan
pribadi (2000:29). Banyak kasus korupsi yang akhirnya ditentukan oleh
pertimbangan politik. Pertimbangan ekonomi dan uang, banyak memengaruhi putusan
hakim atas kasus hukum. Aneka keputusan itu mengabaikan rasa keadilan di
masyarakat.
Acuan ke sumber hukum (UU, yurisprudensi, hukum internasional) dalam praktik
kalah menentukan dibanding faktor politik, sosial, ekonomi, dan pribadi.
Keadilan tidak bisa dilepaskan dari penilaian moral individu riil hakim.
Sedangkan pertimbangan logika hukum formal biasanya hanya untuk mengecek dan
mendukung keputusan (2000:33). Maka, faktor-faktor itu, karena amat riil, akan
amat memengaruhi. Jadi, pokok persoalannya terletak pada penyembunyian dasar
pertimbangan yang sebenarnya oleh mitos kepastian hukum dan pretensi yang mau
menunjukkan keputusan hakim adalah hasil penyimpulan logika hukum formal.
Agar faktor-faktor yang menentukan pertimbangan keputusan hakim itu tidak
memberi kesan di luar hukum formal, lalu dikemas dengan argumen prosedural
hukum, diselipkan dalam masalah fakta hukum atau penerapan dasar hukum. Itu
sebabnya seorang politikus bisa lolos dari sanksi hukum karena majelis hakim
kasus itu "tidak melihat fakta hukum, tetapi penerapan dasar hukum. Ternyata,
berdasar doktrin penerapannya tidak benar" (Kompas, 3/12/2005).
Wajar bila muncul kecurigaan, pertimbangan dari luar hukum (politik, ekonomi,
atau kebijakan sosial) lebih menentukan. Vitalitas hukum akan terjamin bila
masuknya pertimbangan dari luar hukum dibuat eksplisit dan legitim (2000:33).
Orientasinya bukan mengacu ke belakang kepada keputusan masa lalu, tetapi ke
depan untuk mendorong kejujuran akan tujuan-tujuan sosial peradilan.
Home
Senin, 13 Juni 2011
Kamis, 12 Mei 2011
Tokoh Inspiratif : Andriy Shevchenko
Andriy Shevchenko (Shevchenko lahir di Dvirkivschyna, Uni Soviet, 29 September 1976; umur 34 tahun; juga akrab dipanggil Sheva) adalah seorang pemain sepak bola Ukraina yang bermain sebagai striker untuk AC Milan dan Ukraina. Bertinggi tubuh 183 cm.’
Shevchenko memulai kariernya dengan klub Ukraina Dinamo Kiev, di mana di bawah arahan Valeri Lobanovsky dia tumbuh menjadi salah satu pemain yang paling penting dan terampil di klub tersebut, hal itu dibuktikannya dengan membawa Dynamo Kyiv menjadi semifinalis Liga Champions musim 1998/1999, ketika itu mereka disingkirkan oleh FC Bayern Munich. tim yang dikalahkan Dynamo Kyiv bukanlah klub dengan reputasi semenjana. dari Arsenal hingga Real Madrid pernah menjadi tim yang merasakan eksplosivitas pemain yang ketika itu diincar oleh sembilan klub besar eropa. mulai dari AC Milan, Lazio, Juventus, Real Madrid, Barcelona, Arsenal, FC Bayern Munich, Manchester United dan Liverpool.
Pada 1999, Shevchenko bergabung dengan AC Milan di Italia dengan harga sebesar $26 juta dan telah menjadi salah seorang pemain terpenting Milan. Sejak bergabung dengan Milan, dia telah dua kali meraih gelar Seri A, pada musim 1999/2000, dan 2003/2004. Selain itu, dia juga telah satu kali mencicipi gelar Piala/Liga Champions pada musim 2002/2003. Pada Liga Champions musim 2005/2006 ia mencetak sejarah sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah liga tersebut. Pada Mei 2006, ia pindah ke Chelsea FC di Liga Inggris dengan rekor transfer termahal di Inggris saat itu dengan alasan bahwa ia ingin anaknya dibesarkan di lingkungan berbahasa Inggris. Saat pindah, ia merupakan pencetak gol terbanyak kedua sepanjang sejarah bagi Milan di belakang Gunnar Nordahl dengan 173 gol. Kariernya di Chelsea tidak secemerlang di Milan dan ia hanya mencetak 22 gol dalam 76 pertandingan di seluruh kompetisi (9 gol dalam 47 pertandingan di liga). Pada 23 Agustus 2008, Chelsea mengumumkan persetujuan kembalinya Shevchenko ke Milan.
Pada Desember 2004 Shevchenko dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Eropa tahun itu. Dia juga disebut oleh Pele sebagai salah satu dari 125 pesepak bola terbaik dunia yang masih hidup pada bulan Maret 2004.
Nah dari tokoh seperti Andriy Shevchenko menginspirasi saya untuk menjadi pemain sepakbola yang professional, walaupun saya tidak pernah bermain bola di lapangan sepakbola. Saya melampiaskan permainan saya pada futsal. Dan saya ingin sekali ke AC Milan, karena AC Milan klub yang saya sukai, dan Andriy Shevchenko adalah salah satu pemain yang paling saya sukai dalam permainannya.
Langganan:
Postingan (Atom)